...Bismillahirrahmanirrahiim……….
Assalamualaikum w.b.t
Sahabat fillah rahimakumullah,
Sebuah cerita sederhana dengan pesan yang tersirat. Semoga dapat diambil ibrohnya..
" Lihat perempuan itu, bang ?? "Sahabatku menunjuk seorang perempuan bertudung labuh,sekilas terlihat memang perempuan anggun kerana bagi ana ia tak sekadar bertudung tapi menutup aurat dengan syar’i.
" Aku mencintainya bang,tapi setiap kali aku mendekatinya,dia menjauhiku. Entah apa maksudnya. Dia tidak pernah membalas SMS aku, bahkan aku pernah nekad kirim surat, namun nasibnya sama. Tak berbalas." Sahabatku yang bernama Syafiq pun tertunduk.
" Antum sudah pernah melamarnya ?? " ana bertanya.
" Belum lagi bang, aku kan masih kuliah. Abang juga kan masih kuliah, dia juga kuliah. Nak bagi makan apa, batu?? " Ana hanya tersenyum kemudian tertawa.
" Kalo ana jadi antum yang katanya cinta, dah lama ana lamar dia tak tangguh2 dah ". Jawab ana dengan serius.
" Kenapa Abang yang mahu melamar? Kalo abang sudah fikir mahu bagi makan batu, Tafadhol, silakan ." Dia pun melanjutkan tawanya. Ana hanya tersenyum menggeleng-gelengkan kepala.
Tak lama setelah sembang2 itu ana tahu namanya Mawaddah, itu pun ana dapat tahu dari si Syafiq yang menyebut namanya. Ana hanya sekilas melihatnya.
Begitu seringnya si Syafiq menceritakan tentang Mawaddah sehingga Ana jadi kenal orangnya, tapi ana hanya sebagai pendengar setia setiap ceritanya.
……….
" Bagaimana ni, lama ana tak dengar lagi yang katanya jatuh cinta?" Ana mulakan pembicaraan yang setelah lama tak dengar khabar.
"Tak tahu abang, penat aku pikir pasal dia. Tidak ada kepastian " katanya mengeluh.
" Dia itu seorang muslimah, Ana yakin dia tak pernah pikir tentang couple apalagi mahu bercouple. Kepastian dia cuma lamaran or bahasa mudahnya khitbah, hehehe, kalo kamu berani melamarnya. Ana yakin Antum akan mendapatkan kepastian.
Kalo Antum masih tidak mahu juga, buat ana saja yaa? " Ana terkejut melihat raut wajahnya yang langsung berubah jadi cemburu.
" Aahh.. sudahlah bang, kalo jodoh juga dia takkan kemana". Syafiq memuncungkan mulutnya.
" Kata siapa tidak kemana? yang namanya jodoh itu harus dikukuhkan dan dipastikan dengan pernikahan, kalo tidak, sampai bilapun jodoh akan kemana-mana. Dari mana Antum tahu kalo dia berjodoh dengan Antum, kalo Antum tak mahu cuba buat mengukuhkannya dengan pernikahan?".
" Cerewet sungguh bang ni, mentang2 ustaz" Lagi-lagi ana tertawa mendengar ejekannya.
………...........
Ada suara ketukan di pintu bilik. Ana bergegas berdiri dari kesibukan harian membaca buku.
" Antum kenapa?? " Ana mengerenyitkan dahi, melihat wajahnya melesu.
"Mawaddah akan menikah bulan depan bang, aku dapat tahu dari sahabatnya " Syafiq melangkahkan kakinya menuju ke tempat tidur, lalu telentang dan menutup kepalanya dengan bantal.
Ana membuka bantalnya, melihat Syafiq menangis. Tak ada salahnya seorang laki-laki menangis, sebab dia juga manusia biasa yang mempunya fitrah dengan sebuah perasaan yang membebaninya.
"Habis kenapa antum menangis?" Tanya ana yang ingin tertawa melihatnya.
"Aku kecewa bang, dah lama kut aku ngejar-ngejar dia. Ada lelaki baru datang minggu kemarin ke rumahnya, sudah dia terima je jadi calon suaminya" Dia tambah menangis.
"Memang calon suaminya salah ke kalo mahu melamar??"
" Ya tidak salahla bang, Cuma aku dulu yang suka sama Mawaddah, dia kan datangnya lepas aku". Ana tersenyum mendengarkan pembelaannya.
" Hey my Bro, Siapa yang suka dulu atau yang suka lepas itu tak dikira la. Kalo siapa yang dulu melamar, itu baru perlu dipertimbangkan. Ini dari dulu disuruh melamar, tidak berani, penakut, sekarang sudah dilamar orang lain, malah nangis-nangis seperti budak yang masih umur 2 tahun je. Adakah dia harus tunggu padahal kau sendiri pun tak pasti?" Kata Ana panjang lebar.
" Bukan Cuma itu bang, dia ternyata juga suka aku. Itu kata sahabatnya Mawaddah, cuma aku mengajak bercouple, sebab tu dia tak mahu menerima aku. Aku baru tahu kalo dia sedang menunggu aku, cuma kerana dia seorang muslimah yang benar-benar menjaga kehormatannya...aaahhhh...aku menyesal bang" Dia kembali menutupkan wajahnya pada bantal.
"Hei, bantal ana nanti jadi basah kena air mata antum gitu!" kata ana cuba bergurau.
"Biarla bang, orang lagi sedih kena ejek pulak" katanya dengan tangis yang belum juga reda.
"Yah.. menyesal selalu datang lambat ya?, kalo datangnya dulu namanya bukan penyesalan , tapi perencanaan buat menyesal nantinya" Ana mencuba mencairkan suasana. Tapi tetap saja tangisnya belum reda malah semakin menjadi.
" So, kalo cinta jangan cuma dikatakan, tapi dikhitbah biar jadi isteri. Kalo sudah diambil orang, baru kecewa, kan? Meh sini bantal Ana, baru dicuci kemarin nih, pulak kena cuci lagi"
Lemparan bantal ke arahku menandakan dia sedang kecewa berat. Namun pelajaran bererti saat ini adalah bagaimana untuk menuju sebuah kedewasaan dalam berfikir.
..............
Semoga bermanfa'at :)
2 comments:
bestnya cerita ni.. ^_^
dini..................... comel sangat cerita ni :)
banyak msg tersirat.... :)
alhamdulillah, syukran atas perkongsian..
Post a Comment